Sep 08, 2021 3030

Kampus Muhammadiyah Ini Jadi Kampus Swasta Satu-satunya Raih Lisensi TKBI

Berbagai peningkatan dan pengembangan senantiasa dilakukan oleh Kampus Putih. Salah satunya yakni mengembangkan Test of Academic English Proficiency (TAEP) sejak tahun 2014 lalu. Pengembangan inilah yang mengantarkan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)  berhasil mendapatkan lisensi penyelenggaraan Tes Kemampuan Berbahasa Inggris (TKBI). Lisensi ini diberikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud) pada Rabu (11/08) lalu.

Dengan pemberian lisensi ini, UMM menjadi satu-satunya universitas swasta yang mendapatkan hak penyelenggaraan TKBI.  Kepala bagian Language Center, Dr. Masduki, M.Pd., mengatakan bahwa penyelenggaraan tes di UMM dimaksudkan agar masyarakat tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk melakukan tes Bahasa Inggris. Apalagi jika melakukan tes di penyedia jasa tes luar negeri. “Selain menghemat biaya dengan menggunakan tes bahasa inggris di dalam negeri, masyarakat juga turut berpartisipasi dalam mengurangi pelarian modal atau capital flight ke luar negeri,” kata Masduki.

Lebih lanjut, dosen Prodi Bahasa Inggris ini menjelaskan beberapa kriteria untuk mendapatkan lisensi dari Kemendikbud. Pertama adalah sistem skoring untuk menentukan hasil tes. Kedua ada pengembangan sistem yang dilakukan oleh UMM. Ketiga, sistem telah melewati fase uji coba. Keempat  adalah adanya kerja sama dengan pihak ketiga dalam hal penggunaan sistem tes. Kemudian yang terakhir yakni adanya tim ahli di dalamnya.

“Dalam hal kerja sama dengan pihak ketiga, selain digunakan oleh mahasiswa dan alumni, TAEP UMM ini juga telah digunakan oleh perusahaan negeri maupun swasta. Salah satunya dalam tes seleksi karyawan Bank Indonesia pada tahun 2018 dan 2019,” ungkap dosen kelahiran  Tulungagung tersebut.

Selain kriteria-kriteria tersebut, Masduki juga menjelaskan mengenai keunggulan tes TAEP UMM yaitu kekhasannya. Kekhasan ini tercipta dari pengisi suara yang tidak hanya diisi oleh para native speaker dari negara Amerika dan Inggris, tetapi juga non-native speaker dari negara-negara Asia. “Native Speaker biasanya banyak diisi oleh budaya negara Amerika dan Inggris. Namun, pada TAEP kami juga mengisi dengan kebudayaan-kebudayaan Asia, khususnya Indonesia,” ujar Masduki.

Keunggulan tes ini juga ada pada aspek kecepatan analisis skor. Masduki berkata bahwa para peserta TAEP sudah bisa melihat skornya tujuh menit setelah proses pengerjaan tes selesai. Hal tersebut dapat terjadi karena TAEP menggunakan Rapid Reporting System. Selain cepat dalam hal mengetahui skor hasil ujian, tes jenis ini juga unggul dalam kecepatan pemberian sertifikat. Terhitung hanya butuh waktu satu jam bagi para peserta untuk memperoleh sertifikat digital.

“Sertifikat digital ini juga dapat menghalau pemalsuan. Hal tersebut terjadi karena pihak ketiga dapat mengakses keaslian sertifikat dan perolehan skor di laman TAEP UMM,” jelas dosen yang juga mengajar di Pascasarjana UMM tersebut.

Di akhir wawancara, Masduki merasa bangga atas capaian tes TAEP UMM tersebut. Ia juga berharap tes TAEP akan terus berkembang dan semakin baik kedepannya. “Saya juga ingin masyarakat tidak lagi menganggap sebelah mata penyelenggara TKBI lokal dan mulai menggunakannya,” pungkas Masduki